Akuyaku Reijo Ni Koi Wo Shite Chapter 5 Bahasa Indonesia - Solo Novel Indonesia

Latest

Minggu, 05 November 2017

Akuyaku Reijo Ni Koi Wo Shite Chapter 5 Bahasa Indonesia

Raw jepang di  http://ncode.syosetu.com/n6483cy/ dengan membuka linknya aja kita udah bisa support author.

Author Tsukino Ayato



Kunjungi juga buat menghargai translator english nya gan atau mau donasi buat TLnya RAW english  . oh ya englishnya udah jauh.
 saya ambil dari blog ini jadi baca juga di sini 


Bab 5: Aku Sudah Terbiasa Dengan Pekerjaanku


Sudah tiga bulan sejak aku dipekerjaan oleh Keluarga Windhill dan aku sudah terbiasa dengan kehidupan di sini.

Aku terus terjaga sebelum fajar dan menempa tubuhku setiap hari. Karena hari kerja di rumah tangga ini dimulai lebih awal dan semua pekerja bangun bersama dengan matahari untuk memulai tugas mereka, aku harus bangun sebelum mereka untuk membuat waktu untuk diriku sendiri.

Aku berlari mengelilingi halaman yang sangat luas dan melatih otot-ototku dengan banyak push up dan sit up.

I began doing this before every dawn. Aku mulai melakukan ini setiap sebelum fajar.

Setelah matahari terbit, tugasku sebagi pelayan dimulai tapi aku hampir tidak melakukan apapun. Satu-satunya hal yang mantan pelayan, Will, katakan padaku, selain dari tugas rutin, adalah bagaimana berinteraksi dengan keluarga lain.

It seemed that the preparations for a tea party to be held at our own mansion, including preparing invitations for the chosen guests and confirming their attendance was quite a bit of work. Tampaknya persiapan pesta minum teh diadakan di mansion kami sendiri, termasuk menyiapkan undangan untuk para tamu terpilih dan memastikan kehadiran mereka beberapa contoh tugasnya.

Selain itu, ada juga tugas untuk memeriksa permintaan untuk hadir dan memutuskan siapa yang harus diterima dan siapa yang harus ditolak. Tampaknya memahami hubungan dengan keluarga lain, memeriksa siapa yang akan berpartisipasi, datang dengan sebuah keputusan dan memahami keadaan mereka juga merupakan pekerjaan yang merepotkan.

Namun, pada saat itu tugas semacam itu belum datang. (datang pada Ryou)

Vincent-sama still being a child was not the reason. Vincent-sama yang masih kecil bukanlah alasannya.

Ketika itu datang dari keluarga aristokrat, aku mendengar kalau mereka sering memaksa beberapa anak mereka ke acara sosial. Pertama-tama, usia terakhir bagi seseorang untuk mengadakan upacara kedewasaan, di dunia ini, berusia enam belas tahun dan aku juga mendengar tentang orang-orang yang mencapai usia dewasa dengan cukup cepat pada usia dua belas tahun.

Itu mirip dengan upacara kedewasaan pria yang mendapatkan eselon lebih tinggi di dunia lain di masa lalu. 
[Maksudnya dunia lain di sini mengacu pada Jepang. Upacara yang dimaksud adalah upacara perayaan di Jepang guna merayakan orang yang sudah atau segera berumur 20 tahun, yang merupakan usia dewasa di mana boleh meminum minuman keras, merokok dll. Eselon? Formasi dalam struktur organisasi; jenjang kepangkatan (KBBI).]

Vincent-sama baru berusia sepuluh tahun dan usia dewasa masih terlalu jauh, bagaimanapun, tempaknya, pada usia dua belas tahun dia akan bersekolah. Dengan pemikiran itu, akan lebih baik untuk mulai bersosialisasi dengan orang-orang dari generasi yang sama pada keluarga lain sekarang.

Namun... tidak ada satu undangan pun.

Meskipun seharusnya ada banyak keluarga yang menginginkan interaksi dengan Keluarga Marquess Windhill.

Kenapa seperti itu? Tidak ada orang yang mau memberiku jawaban yang tepat. Berpikir kalau pasti ada alasannya kenapa mereka menolak memberitahuku, aku menyerah saat mencari tahu, karena seharusnya aku bisa mengetahuinya cepat atau lambat.

Alih-alih mengkhawatirkan hal itu, aku akan menghargai waktu yang kubuat untuk diriku sendiri sepenuhnya. Lebih tepatnya, aku sedang berlatih membaca.

Tampaknya huruf di dunia ini berbeda dari bahasa Jepang. Setelah menulis namaku, aku bisa melihatnya yang tak lain hanyalah coretan. Tulisan itu disebut huruf.

Saat aku menyadari masalah itu, masa depanku menjadi suram. Aku menduga kalau tidak bisa menulis akan menjadi kekurangan yang fatal bagi seorang pelayan.

Tapi untungnya, entah bagaiman, aku bisa membaca. Mataku akan mengenali apa yang tertulis di hadapanku dalam bahasa Jepang. Namun, aku tetap tidak bisa menulis dan itu adalah masalah besar. Menulis atas nama seseorang termasuk tugas yang sering dilakukan pelayan dan tidak bisa melakukan sesuatu seperti itu akan menggagalkanku atas peran tersebut.

Aku harus belajar bagaimana menulis huruf-huruf itu dengan segala cara.

Meskipun hurufnya adalah huruf bahasa Jepang tak peduli bagaimana aku melihatnya, kenyataannya, huruf-huruf ini seharusnya memiliki bentuk yang berbeda. Kupikir hal semacam itu tidak mungkin tapi alasan yang membuatnya terjadi karena keadaanku yang aneh.

(Ganti kesadaran. )

Ketika aku mengambil kendali tubuh, huruf yang ditulis tidak dalam bahasanya tapi dalam huruf dunia ini. Tapi karena aku tidak bisa membaca atau menulis, aku tidak tau apa maksudnya. Aku hanya bisa mengenali bentuknya.

Tapi itu sudah cukup. Aku yang lain bisa mengerti apa yang tertulis. Aku akan melihat bentuk huruf dan menulisnya. Dia bisa memahami makna dibalik kata-kata itu dan kemudian setelah belajar arti dari apa yang tertulis, aku akan ingat bagaimana membaca huruf-hurufnya.

Aku memuji diriku yang lain yang hanya berpikir “Berani-beraninya kau” sebagai balasannya.

(Kembali ke Ryou)

Sesi belajarnya mulai menunjukkan hasil. Huruf-huruf di halaman buku yang kugunakan untuk latihan sekarang campur aduk antara Nihongo dan huruf dunia ini. Kata-kata yang diganti adalah kata-kata yang sudah biasa kupakai.

Meski menulis teks awalnya cukup sulit, aku sudah terbiasa melakukannya saat itu.

Karena aku melakukan ini setiap hari, aku juga terbiasa dengan pena bulu ayam. Bahkan meskipun tulisan tanganku masih buruk, kupikir itu perlahan berubah lebih rapi.

(Ganti kesadaran.)

Jalan untuk menjadi calon pelayan.

Meskipun tujuannya masih sangat jauh, aku merasa bahwa aku perlahan membuat kemajuan.

Aku bertanya-tanya mengapa aku berusaha keras untuk rajin dalam bekerja? Tapi untuk mengatakan yang sebenarnya, aku tahu jawabannya. Aku hanya tidak bisa meninggalkan dua saudara egois itu.

Meskipun keduanya menyebabkan banyak masalah, selain mereka aku tidak memiliki orang yang bisa kupercaya di dunia ini.

Orang sepertiku diperlakukan normal oleh mereka. Aku, yang dihujani dengan penghinaan oleh sekelilingku dan telah menerima pelecehan, telah dilindungi di bawah sayap perlindungan mereka.

Aku, yang tak lain orang yang tidak normal dan itu tidak hanya mengacu pada sepasang mata heterochromatic. Aku jauh lebih tidak normal dari itu.

Tubuhku memiliki dua kepribadian yang tinggal di dalamnya dan aku mulai merasakan gesekan antara mereka. Sedikit demi sedikit jarak yang memisahkan dua kepribadian itu menyusut dan mereka perlahan-lahan bergabung menjadi satu. Aku akan menjadi aku sepanjang waktu dan orang lain itu akan menjadi aku juga. Kami akan menjadi satu dan sama.

Aku merasa seperti aku mulai menjadi lebih seperti orang dewasa dan pada gilirannya, dia merasa lebih seperti anak kecil.

Orang yang menyimpulkan kalau penggabungan itu dimulai adalah aku yang lain. Aku baik-baik saja dengan itu. Tapi biarpun kedua kepribadianku menyatu menjadi satu, aku masih akan jauh dari manusia normal.

Kami berdua mengerti itu.

Aku yang lain sepertinya memiliki tekad yang kuat dalam hal ini. Dia datang dari dunia lain jadi, tentu saja, dia mengerti kalau dia jauh dari normal, huh?

Namun, aku berbeda. Aku seorang yatim piatu dari daerah kumuh, keberadaan lemah yang bisa mati kapan saja.

Jadi bagaimana denganku, orang yang merasa aneh bahkan dilingkungan itu, berakhir dengan seperti ini? Aku yang lain juga tidak tahu.

Apakah akau akan menjadi seseorang yang kuat? Pada saat itu, apakah aku akan bisa tetap normal? Jika aku menjadi orang yang memiliki kekuatan, maka aku ingin menggunakan kekuatan itu untuk kepentingan keduanya.

Aku yang lain cukup bisa dopercaya. Mengatakan bahwa tubuh ini milikku, dia selalu menyerahkan kendali pada diriku. Setelah memikirkan tindakannya yang terakhir, aku mengerti kalau walaupun aku seharusnya sudah mati, dia tetap dengan tulus menyerahkan kendali tubuh atas apa yang tampak seperti kesadaranku. Ini pertama kalinya aku bertemu manusia seperti itu.

Namun, cara kami bertemu memang aneh, karena dia adalah bagian dari diriku sendiri. Aku juga diriku yang lain. Bagaimanapun, aku yang lain bisa dipercaya. Aku membutuhkan kesungguhannya untuk menekan kebencian yang tersisa di hatiku.


Sehingga aku bisa menjaga kebahagiaan yang ku tahan saat itu.

◇◇◇

Saat ini pukul 4. Vincent-sama harus bangun pukul 8 pagi.

Awalnya membangunkannya adalah tugas pelayan (maid) tapi karena itu sangat sulit dan mereka tidak ingin mengatasinya lagi, tugas itu diserahkan padaku sebelum aku tahu.


Biasanya, pelayan (maid) pribadi akan menunggu di depan ruangan untuk menungguku tapi...



Mengapa tidak ada kopi!?

Erm... Tuan...

Kenapa kau bahkan membangunkanku tanpa membuat kopi yang akan melawan rasa katukku!?

Aku bisa mendengar teriakkan dari dalam ruangan. Ternyata pelayan itu berusaha membangunkannya sendiri. Meskipun itu tidak masalah bagiku, jika mereka mencoba melakukannya, aku ingin mereka melakukannya dengan benar.

Sambil mendesah pelan, aku berbalik dan berlari ke arah di mana aku datang. Mengetahui kenapa dia punya masa-masa sulit seperti itu membuatku mereasa bersalah tentang pelayan itu tapi, untuk sesaat, aku putuskan untuk menanggungnya. Lagi pula, karena dia, aku harus memikirkan metode untuk menenangkan anak itu.


Saa aku kembali, Vincent menjadi lebih tenang.

Namun, keluhannya tidak berhenti. Tidakkah seharusnya dia menyalurkan kebiasaan itu untuk hal yang lebih produktif? Dengan pemikiran semacam itu di pikiranku, aku memasuki ruangan.

Sembari lewat di samping kasur, aku membuka tirai dan membiarkan sinar matahari masuk melalui jendela. Karena ini ruangan pewaris, ruangannya menghadap matahari.

Ketika aku menolehkan kepalaku, seperti yang kuduga, aku melihat Vincent melotot padaku dari tempat tidur.

Aku membungkuk dengan sopan.


Selamat pagi, Vincent-sama 

Yah, selamat pagi.

Hari ini, saya sudah menyiapkan jus apel untuk sarapan.

...Apa?

Mendengar kata-kataku, dahinya berkerut yang menunjukkan dia akan kesulitan tentang hal itu. Meskipun aku dipelototi, kupikir aku tidak boleh goyah.

Saya sudah menyiapkan jus apel untuk sarapan, tuan.

Kenapa bukan kopi? Butuh banyak kopi untuk membangunkanku, paham!

Ya, tuan. Saya memang diinstruksikan tentang hal itu.

Lalu, kenapa tidak melakukan apa yang diperintahkan? Apa kau bukan pelayan pribadiku?

Sebenarnya, saat membaca buku kemarin, saya menemukan sesuatu.

Apa?

Tampaknya meminum kopi setelah bangun tidak terlalu sehat.

...Seolah aku peduli dengan hal-hal seperti itu. Kopi itu benda yang berguna bagiku.

Meski begitu, itu tidak seperti dia sangat menyukai kopi. Dia hanya meniru ayahnya.

Tapi tuan...

Sekarang apa?

Saya membaca itu dari buku anekdot Raja Takemitsu.

Bagi Vincent, satu-satunya sosok yang melebihi ayahnya adalah raja generasi ketiga Kerajaan Gran Flamm, Raja Takemitsmu. Dia seorang penguasa yang menggunakan kekuatan militer negara itu untuk memperluas perbatasan dan orang tersebut mengatakan telah menetapkan dasar dari keadaan saat ini.

...Apa?

King Takemitsu adalah seorang pria yang memperhatikan kesehatannya sendiri.

Aku tahu itu. King Takemitsu ceroboh di medan perang tapi selama masa damai, beliau berkelakuan hampir seperti seorang pengecut, menghargai kesehatannya. Beliau hidup dengan cara ini sehingga bisa menampilkan kekuatan penuhnya dalam pertempuran karena beliau berpikir nilai sejatinya hanya bisa ditunjukkan di medan perang.

Takemitsu-ousama telah mengatakan kalau kopi tidak terlalu sehat.

...Dan apel jusnya?

Buah-buahan bagus bagi tubuh. Kelihatannya rasa manis dari buah bisa meningkatkan kemampuan berpikir seseorang.

Ini bukan kata-kata Raja Takemitsu tapi karena kita sudah sampai sejauh ini, itu tidak masalah.



Begitukah? Kalau begitu, jus tidak masalah.

Dimerngerti tuan. Saya akan meninggalkannya di atas meja jadi mohon bantu diri anda sendiri.

Baik.

Vincent bangkit dari tempat tidurnya dan duduk di depan meja. Dia sudah berhenti memperhatikan pelayan itu.

Dengan ini, aku seharusnya menyelesaikan tugasku dengan baik.

Meskipun menggunakan topik yang telah kusiapkan agar membuatnya bangun dari tempat tidurnya untuk menenangkan suasana hatinya rasanya sangat sia-sia. Sulit untuk menyiapkan hal-hal semacam itu untuk membangkitkan minat Vincent setiap hari.

Namun, aku sadar bahwa meski situasi dengan pelayan yang membangunkannya tidak terjadi, dia pasti akan mengamuk.

Dia melakukannya dengan tujuan membuat orang, yang memiliki pemikiran negatif padaku yang tinggal di mansion, menyadari nilaiku.

Demi mengembalikan niat baik itu, menyiapkan percakapan selama setiap pagi bukanlah apa-apa.

Kalau begitu tuan, saya akan menjelaskan jadwal untuk hari ini.

Fumu~

Vincent, dengan tenang, menganggukkan kepalanya. Menjelaskan jadwalnya, yang tidak berubah menjadi lebih baik, akan menyelesaikan pekerjaan ku di pagi hari. 

Membantunya saat dia berpakaian adalah tugas pelayan (maid).

Samapai itu selesai, aku pergi untuk menyiapkan kelas pagi di ruang yang berdekatan dengan menempatkan buku teks, alat tulis, dan lembaran kertas di atas meja.

PR kemarin kosong seperti biasa. Aku mengambil pena dengan tanganku dan membuka buku-buku di topik yang berada dalam lingkup pemahamanku.

Kira-kira saat aku sudah selesai, persiapan Vincent juga selesai dan dia memasuki ruangan.

Apa kau sudah selesai?

...Saya berpikir untuk menunggu sampai persiapan anda selesai.

Alasan kenapa aku tidak mengerjakan PR-ku supaya kau bisa belajar. Aku bisa mengerjakan hal semacam itu saat aku ingin, dan faktanya, aku bisa melakukannya sebelum guru datang. 

Sambil mengatakan itu, dia duduk dan merai pena dan meskipun dia berpura-pura berpikir, dia hanya menyalin jawabanku.

Dengan melakukan ini, membuat argumen sebelumnya kehilangan kekuatan persuasifnya. Menggunakanku sebagai alasan berarti dia tidak bisa memikirkan cara persuasi lain. “Jadi kau bisa belajar sebagian” mungkin digunakan sehingga aku tidak akan memikirkannya berlebihan.

Saat kami sudah selesai, seakan dia telah memperkirakan hal ini, Moore-sensei sampai di ruangan ini.

Itulah awal sesi belajar pagi.

Mendatangi kami, sensei memeriksa jawaban kami saat dia menjelaskan tugas PR kemarin satu per satu. Itu hanya mengulang kembali dan setelah kami menyelesaikannya, kami beralih ke pelajaran hari ini.

Meskipun kami menggunakan buku teks, sebagian besar hal yang dia bahas tidak dituliskan di dalam buku. Sepertinya alasannya adalah untuk melindungi nilainya sebagai seorang guru. Begitu aku mencapai kesimpulan itu aku berpikir untuk menghentikan Vincent yang dengan penuh semangat memperhatikan kata-kata guru.

Aku tidak punya selembar kertas pun yang tersisa, jadi tnetu saja aku tidak punya pilihan lain selain fokus sehingga kata-kata sensei tidak melewatiku di sudut ruangan.

Moore-sensei hanya mengajukan sebuah pertanyaan padaku sekali. Setelah itu, dia sepenuhnya mengabaikan keberadaanku. Aku mengerti alasannya dari tatapannya yang penuh dengan penghinaan.

Tidak ada salahnya kalau dia menganggap belajar tidak diperlukan bagi seoarang pelayan yatim. Ketika dia menyadari bahwa aku sedang mendengarkan dengan seksama, dia merendahkan suaranya dengan jelas. Dibenci sejauh itu mungkin bukan karena menjadi anak yatim tapi juga karena sepasang mataku.

Bahkan di mansion ini, sikap lingkungan padaku tidak berubah. Baik di daerah kumuh dan di siniaku mejadi subjek kebencian.

Kecuali dua anak itu.

◇◇◇

Setelah kelas pagi datang makan siang.

Karena Vincent sedang makan siang dengan keluarganya, bantuannya diserahkan pada para pelayan. Sementara itu, aku juga harus makan.

Sesudah mengambil makananku dari dapur, aku kembali ke ruanganku.

Meskipun ada tempat bagi para pelayan untuk makan, aku lebih menyukai makan sendiri bukan karena aku akan terganggu tatapan sekitar. Itu tak apa bagiku karena aku juga harus meninjau ulang pelajaran pagi tadi. Aku tidak tahu apa yang orang-orang akan katakan jika mereka melihatku sedang belajar.

Sambil menggigit rotiku, aku mulai menulis hal-hal yang dibahas selama kelas pagi di atas lembaran kertasku. Bahkan jika pelajaran itu berlalu atau terlupa, jika aku bertanya pada aku yang lain sebagian besar pertanyaanku akan dijawab.

Meski aku tidak tahu kenapa, untuk beberapa alasan, aku punya memori yang bagus.

Aku sepenuhnya sibuk dengan makan dan menulis di saat yang bersamaan. Setelah itu, aku membacanya lagi dan mencoba memahami isinya. Ketika menghadapi hal-hal yang tidak kupahami, aku mencatatnya secara terpisah agar Vincent bertanya tentang itu besok.

Aku bisa belajar terutama karena kerja samanya.

Aku pernah bertanya kepadanya kenapa dia membantuku sejauh ini. Anehnya, aku puas dengan jawabannya.

“Tidak ada manusia yang sempurna. Agar manusia berdiri di atas orang lain, dia harus mencari seseorang yang akan memenuhi kekurangannya”, itu yang dia katakan.

Dengan kata lain, karena dia payah dalam belajar, aku harus menumpuk pengetahuan sebagai gantinya.

Kupikir perasaannya benar. Sayangnya, dia memiliki kekurangan yang terlalu banyak.

Pada saat itu akulah satu-satunya orang yang menebus kekurangan itu. Sampai jumlah orang yang bisa membantu meningkat, aku harus memberikan semuanya.

Sore ini akan menjadi kelas etiket Vincent dan Ariel. Oleh karena itu tidak perlu bagiku untuk ikut serta sebagai pasangan dansa.

Aku akan menghabiskan waktu bebas latihan seperti biasa di tempat biasa. Aku mengambil mangkuk kosong di dapur dan mencucinya, lalu aku pergi ke halaman.

◇◇

Ada air mancur yang terletak di halaman. Aku memutarinya untuk mencapai sisi yang berlawanan.

Tidak ada alasan untuk pergi ke sisi ini selain mengambil air. Itu tersembunyi oleh bayangan air mancur dan jarang berada di bidang pandang orang lain. Paling tidak, aku tidak ingin terlihat sejak aku datang ke mansion.

Tapi meskipun begitu, hanya untuk memastikan aku berkonsentrasi pada telingaku untuk mencari kehadiran orang. Meskipun ada kemungkinan seseorang sedang bersembunyi sepertiku, paling tidak tidak ada tanda-tanda orang di sekitar.

Sementara aku masih berusaha memastikan kalau aku sendirian, aku memusatkan sensasi di dalam diriku. Dengan menenangkan diri aku menempatkan perhatianku pada penglihatanku dengan penekanan khusus pada mata kananku. Sambil terus begitu, tak lama kemudian, aku bisa melihat sesuatu yang mengambang di sekitar air mancur.

Itu tidak memiliki warna maupun bentuk namun aku masih bisa merasakan kehadiran itu.

Sepertinya itu juga menyadari kalau aku sedang melihat ke arahnya. Hal-hal itu juga memiliki kesadaran dan mereka berkumpul dan melayang ke arahku.

Agar tidak menakut-nakuti mereka, aku perlahan memajukan tangan kananku. Benda tak berbentuk itu berkumpul di atasnya dan mulai dengan perlahan menarik dan menyerap sesuatu dari tubuhku.

Aku bisa merasakan eksistensi mereka berangsur-angsur semakin kuat. Setelah mengumpulkan mereka aku menyampaikan keinginanku.

Aku ingin mereka menjadi bola bulat, mereka menurutinya. Aku ingin mereka mengambil bentuk pisau, mereka berubah sesuai dengan itu.

Setelah itu, jika kau meminta mereka memotong ranting pohon yang terbentanng di depanku, cairan yang seperti pisau terbang ke dapan dan memotong ranting menjadi beberapa potongan. Meskipun saat itu, aku hanya bisa memotong ranting yang kecil dan tipis, kupikir jika bendanya bertambah besar aku akan bisa memotong yang lebih tebal.

Ini adalah sihir yang kupelajari. Ini sangat berbeda dari sihir yang diajarkan Vincent. Namun intuisiku mengatakan, atau lebih tepatnya, itu bukan intuisiku melainkan ada yang mengatakan padaku...

...Kalau ini adalah sihir yang sebenarnya.

Melihat kehadiran benda-benda itu hanya kebetulan. Karena aku kecanduan mandi, aku menyelinap ke sana setelah gelap untuk mencegah orang-orang melihatnya.

Ketika aku menyiramkan air ke kepalaku mata kiriku terhalang dan aku harus menggunakan mata kananku hanya untuk melihat sekitar air mancul. Aku melihat benda-benda ini melayang tapi, awalnya, kupikir itu hanya imajinasiku karena setelah melihat mereka dengan kedua mataku, mereka menghilang.

Namun, meski aku tidak bisa melihat mereka lagi, aku tetap bisa merasakan kehadiran mereka. Memikirkan kalau mungkin aku hanya bisa melihat mereka dengan mata kananku, aku mencoba melakukannya lagi dan mereka dapat terlihat. Aku mecoba melihat dengan mata kiriku dan mereka menghilang lagi.

Mereka adalah eksistensi yang hanya bisa dilihat melalui mata biru. Jadi aku langsung tahu kalau mereka adalah spirit elemen air. Aku menamai mereka spirit untuk kemudahanku sendiri, tapi sebenarnya, karena aku tidak benar-benar tahu apa sebenarnya mereka. Namun, yang pasti, mereka memiliki kehendak.

Dengan memiliki kesadaran, mereka juga perlu makan.

Makanan mereka dengan jelas adalah mana yang berada di dalam tubuh manusia. Tidak perlu aktivasi mana atau peredarannya, jika aku membiarkan mereka, mereka akan menyerap mana secara langsung di dalam tubuhku dan menjadi milikku.

Mendengarkan perintahku adalah cara mereka menunjukkan rasa terima kasih.

Itulah prinsip di balik sihir.

Engetahui itu, pertanyaan mulai bermunculan. Kenapa pengajar Vincent mengajarinya kebohongan? Namun, aku tidak bisa menanyakannya. Lagi pula, aku yang bisa menggunaka sihir akan menjadi keanehan yang lain.

Aku masih tidak memiliki keberanian untuk memberitahu orang lain mengenai hal itu. Meskipun merahasiakannya cukup sulit, untungnya, ada seseorang yang bisa memberiku saran dan mendukung dalam situasi seperti ini.

Mengetahui bahwa anggapan umum yang tidak bisa dipungkiri itu salah harus dirahasiakan selama mungkin. Membiarkan orang lain tahu sebaiknya tidak terjadi sebelum aku memperoleh kekuatan yang cukup untuk menghadapi konsekuensinya.

Setelah memutuskan begitu, aku merasa perlu untuk mengasah kemampuan ini.

Pada saat itum bahkan tanpa menutup mataku yang lain, aku bisa merasakan kehadiran spirit air hanya dengan memfokuskan kesadaranku. Bahkan di tempat-tempat berair selain di lokasi air mancur, aku bisa merasakan respon yang kuar dari mereka.

Jika aku mulai bisa melihat mereka tanpa usaha, sihir ini seharusnya sangat berguna.

Aku mulai berpikir aku perlu menciptakan lebih banyak waktu untuk diriku sendiri jadi aku bisa mengusahakan mata kiriku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar